ZIDAH’s Journey:
Motivasi dari Dospem
Raja siang kali ini begitu angkuh,
mengeluarkan segala kekuatannya untuk menghangatkan bumi, sampai-sampai
bukannya menghangatkan tapi malah membuat siapapun menjadi kepanasan. Keadaan
seperti ini akan menguntungkan ibu rumah tangga karena bisa mengeringkan
jemurannya, berbeda dengan mahasiswa, terik seperti ini malah akan membuat “malas”
berangkat ke kampus.
Hari ini, 3 April 2018, aku
berangkat ke kampus karena mempunyai janji dengan Dosen Pembimbing (Dospem) ku
bernama Mr.F, setelah beberapa minggu tidak melakukan bimbingan karena harus
mengerjakan revisian Seminar Proposal
(Semprop). Aku adalah mahasiswi perguruan tinggi negeri di daerah
Tangerang, kampus yang cukup terkenal karena ke-agamis-an-nya. Jurusan yang aku
ambil adalah jurusan Ilmu Keperawatan. Pada saat memilih jurusan di kampus, aku
hanya dihadapkan oleh dua jurusan, dan Ilmu Keperawatan adalah pilihan
pertama-ku.
Ada kisah tidak mengenakan
sebelumnya yang aku alami saat beberapa jam sebelum aku menyerahkan revisian.
Sebelumnya pada 22 Maret 2018 lalu, aku mengirim pesan kepada dosenku bahwa aku
akan menyerahkan revisi semprop, tapi saat aku hendak me-ngeprint file revisi,
ternyata file tersebut kosong dan tidak ada back-upnya. Aku fikir, kejadian
seperti itu hanya akan dialami oleh orang lain tapi ternyata aku mengalaminya. “Betapa
cerobohnya aku”, fikirku tak karuan.
Aku menceritakan kejadian pahit
yang aku alami. Rasa pahitnya sama seperti meminum kopi, tapi bedanya setelah
meminum kopi, orang yang meminumnya akan merasa nikmat, namun kalau aku malah
merasa berat. Aku harus mengulang mengerjakan revisi, pada hal aku sudah
mengerjakan revisi tersebut dari beberapa minggu lalu (tertanda dari hari
semprop, 7 Maret 2018). “Malas mengerjakan revisian lagi”, celetukku
kecil. Menurutku, itu adalah hal yang wajar setelah beberapa minggu berusaha
mengerjakan sesuatu, namun sesuatu itu hilang, ada rasa malas diantara kewajiban
dan ketidakmauan. Namun rasa malas itu akan hilang seiring berjalannya waktu.
Alhamdulillah aku mempunyai
Dospem yang sangat memahami mahasiswanya. Tidak pernah memaksakan kehendaknya,
yang terpenting bagi beliau adalah proses dan pemahaman anak bimbingannya,
bukan soal cepat namun isi skripsi-nya tidak tepat. Ada ungkapan yang terngiang
di fikiranku sehabis bimbingan dengan dospem, “Kamu hebat! Kamu bisa
survive! Kamu bisa cepat menyelesaikan revisi.” Mungkin bagimu yang membaca
tulisan ini, kedengarannya biasa saja. Tapi bagiku yang mendengar langsung, itu
adalah hal yang sangat luar biasa. Sedikit kalimat berarti dapat menjadi
motivasi dan membangkitkan percaya diri.
Ada makna terdalam dibalik kata “survive”.
Saat sidang proposal, judulku mengalami sedikit perubahan, namun sedikit
perubahan tersebut sangat berarti. Mengapa sangat berarti? Karena tadinya judul
skripsiku adalah tentang redesain sebuah alat atau kalau di skripsi biasanya
tertulis “instrumen”, namun ternyata dengan segala pertimbangan dari 2 penguji
dan 2 pembimbing, aku disarankan untuk tidak redesain karena hal itu membutuhkan
banyak waktu dan bisa-bisa kelulusan sebagai sarjana keperawatan akan tertunda.
Para penguji dan pembimbing memberikan pilihan padaku: 1) Aku tetap me-redesain
instrumen dan membutuhkan waktu yang lama, otomatis kelulusanku akan “ngaret”,
bisa lebih dari 4 tahun, atau 2) Aku menggunakan instrumen yang sudah ada dan
insya Allah akan lulus tepat waktu. Aku memilih untuk lulus tepat waktu.
Dari awal semester 7 ada beberapa
kakak kelas yang mengatakan “S1 mah skripsinya gak usah susah-susah yang
penting bisa lulus cepet, judulnya juga gak usah yang macem-macem”, kurang
lebih pendapat mereka seperti ibu. Aku sempat berpikir, mungkin hal ini yang
menjadikan skripsi mahasiswa S1 “kurang mendapatkan hati bagi mereka peneliti”,
karena dari awal sudah ditanamkan bahwa S1 ini masih dalam tahap belajar
sehingga penelitiannya-pun menjadi kurang kuat. Bahkan saat beberapa temanku
mencari sumber terkait skripsinya, tidak boleh menggunakan sumber dari skripsi
orang lain, harus dari tesis atau jurnal agar lebih valid. Yaa.. hal tersebut
sangat baik untuk penelitian tapi setidaknya penelitian mahasiswa sekelas S1
juga tidak kalah luar biasanya.
Seiring berjalannya waktu dan
setelah melalui sidang proposal dengan berbagai lika-liku hingga akhirnya
terdapat perubahan judul, aku mulai memahami bahwa benar mahasiswa S1 tidak
usah mengambil judul yang terlalu sulit agar bisa lulus tepat waktu. Kini, aku
mengerti pernyataan itu. Bagi siapapun mahasiswa yang belum melalui masa-masa
skripsi mungkin belum memahami, tapi syukur-syukur kalau kamu dapat memahami
lebih dulu agar tidak salah mengambil langkah.
Dospem ku pernah berkata bahwa mahasiswa
S1 itu hebat, mereka mampu membuat sebuah penelitian yang cukup baik dalam waktu
yang tidak terlalu lama dan tetap berlandaskan pada teori. Terkadang saat
bimbingan, dospem 1 ku menanyakan ulang terkait bagaimana cara mengambil
sampel, teknik apa yang digunakan, proses administratif, kerangka konsep,
kerangka teori dan lainnya. Dan setiap aku selesai menjawab, beliau selalu
memberi reward dengan sebuah kalimat “Bagus, berarti kamu sudah mampu
memahami terkait penelitian ini”. Selalu ada motivasi berlebih setelah
bimbingan dengan beliau. Dan hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting
dibutuhkan oleh mahasiswa, bahwa “Dospem yang bijaksana adalah dospem yang mampu meningkatkan
percaya diri mahasiswa, bukan malah menurunkan atau bahkan menghilangkan
percaya diri tersebut”.
Sesulit apapun penyususnan
skripsi, sebagaimanapun sikap dospem kepadamu, kita adalah sama, sama-sama
mahasiswa yang ingin segera mengakhirkan. Selalu ada keringat yang mengalir,
tangan yang tak kunjung henti mengukir, dan hati yang tak hentinya berdoa agar
segala penyusunan skripsi berjalan lancar. Hidup Mahasiswa! Hidup Dospem
Bijaksana!
Beberapa kalimat usai sidang
proposal.
“Terimakasih sudah mengajarkan makna kuat yang
sesungguhnya, hingga tak ada kata menyerah pada keadaan.
Berkatmu, air mata ini tak pernah menetes sedikitpun,
karena ia tau, belum saatnya untuk mengeluarkan air mata
bahagia pada tahap akhir perjuanganku”


No comments:
Post a Comment