Thursday, April 5, 2018

ZIDAH’s Journey: Motivasi dari Dospem


ZIDAH’s Journey: Motivasi dari Dospem

Raja siang kali ini begitu angkuh, mengeluarkan segala kekuatannya untuk menghangatkan bumi, sampai-sampai bukannya menghangatkan tapi malah membuat siapapun menjadi kepanasan. Keadaan seperti ini akan menguntungkan ibu rumah tangga karena bisa mengeringkan jemurannya, berbeda dengan mahasiswa, terik seperti ini malah akan membuat “malas” berangkat ke kampus.

Hari ini, 3 April 2018, aku berangkat ke kampus karena mempunyai janji dengan Dosen Pembimbing (Dospem) ku bernama Mr.F, setelah beberapa minggu tidak melakukan bimbingan karena harus mengerjakan revisian Seminar Proposal  (Semprop). Aku adalah mahasiswi perguruan tinggi negeri di daerah Tangerang, kampus yang cukup terkenal karena ke-agamis-an-nya. Jurusan yang aku ambil adalah jurusan Ilmu Keperawatan. Pada saat memilih jurusan di kampus, aku hanya dihadapkan oleh dua jurusan, dan Ilmu Keperawatan adalah pilihan pertama-ku.

Ada kisah tidak mengenakan sebelumnya yang aku alami saat beberapa jam sebelum aku menyerahkan revisian. Sebelumnya pada 22 Maret 2018 lalu, aku mengirim pesan kepada dosenku bahwa aku akan menyerahkan revisi semprop, tapi saat aku hendak me-ngeprint file revisi, ternyata file tersebut kosong dan tidak ada back-upnya. Aku fikir, kejadian seperti itu hanya akan dialami oleh orang lain tapi ternyata aku mengalaminya. “Betapa cerobohnya aku”, fikirku tak karuan.

Aku menceritakan kejadian pahit yang aku alami. Rasa pahitnya sama seperti meminum kopi, tapi bedanya setelah meminum kopi, orang yang meminumnya akan merasa nikmat, namun kalau aku malah merasa berat. Aku harus mengulang mengerjakan revisi, pada hal aku sudah mengerjakan revisi tersebut dari beberapa minggu lalu (tertanda dari hari semprop, 7 Maret 2018). “Malas mengerjakan revisian lagi”, celetukku kecil. Menurutku, itu adalah hal yang wajar setelah beberapa minggu berusaha mengerjakan sesuatu, namun sesuatu itu hilang, ada rasa malas diantara kewajiban dan ketidakmauan. Namun rasa malas itu akan hilang seiring berjalannya waktu. 

Alhamdulillah aku mempunyai Dospem yang sangat memahami mahasiswanya. Tidak pernah memaksakan kehendaknya, yang terpenting bagi beliau adalah proses dan pemahaman anak bimbingannya, bukan soal cepat namun isi skripsi-nya tidak tepat. Ada ungkapan yang terngiang di fikiranku sehabis bimbingan dengan dospem, “Kamu hebat! Kamu bisa survive! Kamu bisa cepat menyelesaikan revisi.” Mungkin bagimu yang membaca tulisan ini, kedengarannya biasa saja. Tapi bagiku yang mendengar langsung, itu adalah hal yang sangat luar biasa. Sedikit kalimat berarti dapat menjadi motivasi dan membangkitkan percaya diri

Ada makna terdalam dibalik kata “survive”. Saat sidang proposal, judulku mengalami sedikit perubahan, namun sedikit perubahan tersebut sangat berarti. Mengapa sangat berarti? Karena tadinya judul skripsiku adalah tentang redesain sebuah alat atau kalau di skripsi biasanya tertulis “instrumen”, namun ternyata dengan segala pertimbangan dari 2 penguji dan 2 pembimbing, aku disarankan untuk tidak redesain karena hal itu membutuhkan banyak waktu dan bisa-bisa kelulusan sebagai sarjana keperawatan akan tertunda. Para penguji dan pembimbing memberikan pilihan padaku: 1) Aku tetap me-redesain instrumen dan membutuhkan waktu yang lama, otomatis kelulusanku akan “ngaret”, bisa lebih dari 4 tahun, atau 2) Aku menggunakan instrumen yang sudah ada dan insya Allah akan lulus tepat waktu. Aku memilih untuk lulus tepat waktu. 

Dari awal semester 7 ada beberapa kakak kelas yang mengatakan “S1 mah skripsinya gak usah susah-susah yang penting bisa lulus cepet, judulnya juga gak usah yang macem-macem”, kurang lebih pendapat mereka seperti ibu. Aku sempat berpikir, mungkin hal ini yang menjadikan skripsi mahasiswa S1 “kurang mendapatkan hati bagi mereka peneliti”, karena dari awal sudah ditanamkan bahwa S1 ini masih dalam tahap belajar sehingga penelitiannya-pun menjadi kurang kuat. Bahkan saat beberapa temanku mencari sumber terkait skripsinya, tidak boleh menggunakan sumber dari skripsi orang lain, harus dari tesis atau jurnal agar lebih valid. Yaa.. hal tersebut sangat baik untuk penelitian tapi setidaknya penelitian mahasiswa sekelas S1 juga tidak kalah luar biasanya. 

Seiring berjalannya waktu dan setelah melalui sidang proposal dengan berbagai lika-liku hingga akhirnya terdapat perubahan judul, aku mulai memahami bahwa benar mahasiswa S1 tidak usah mengambil judul yang terlalu sulit agar bisa lulus tepat waktu. Kini, aku mengerti pernyataan itu. Bagi siapapun mahasiswa yang belum melalui masa-masa skripsi mungkin belum memahami, tapi syukur-syukur kalau kamu dapat memahami lebih dulu agar tidak salah mengambil langkah. 

Dospem ku pernah berkata bahwa mahasiswa S1 itu hebat, mereka mampu membuat sebuah penelitian yang cukup baik dalam waktu yang tidak terlalu lama dan tetap berlandaskan pada teori. Terkadang saat bimbingan, dospem 1 ku menanyakan ulang terkait bagaimana cara mengambil sampel, teknik apa yang digunakan, proses administratif, kerangka konsep, kerangka teori dan lainnya. Dan setiap aku selesai menjawab, beliau selalu memberi reward dengan sebuah kalimat “Bagus, berarti kamu sudah mampu memahami terkait penelitian ini”. Selalu ada motivasi berlebih setelah bimbingan dengan beliau. Dan hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dibutuhkan oleh mahasiswa, bahwa “Dospem  yang bijaksana adalah dospem yang mampu meningkatkan percaya diri mahasiswa, bukan malah menurunkan atau bahkan menghilangkan percaya diri tersebut”. 

Sesulit apapun penyususnan skripsi, sebagaimanapun sikap dospem kepadamu, kita adalah sama, sama-sama mahasiswa yang ingin segera mengakhirkan. Selalu ada keringat yang mengalir, tangan yang tak kunjung henti mengukir, dan hati yang tak hentinya berdoa agar segala penyusunan skripsi berjalan lancar. Hidup Mahasiswa! Hidup Dospem Bijaksana!

Beberapa kalimat usai sidang proposal.
“Terimakasih sudah mengajarkan makna kuat yang sesungguhnya, hingga tak ada kata menyerah pada keadaan.
Berkatmu, air mata ini tak pernah menetes sedikitpun,
karena ia tau, belum saatnya untuk mengeluarkan air mata bahagia pada tahap akhir perjuanganku”





No comments:

Post a Comment