Friday, April 13, 2018

Bertemu Denganmu (Lagi)! IV


Bertemu Denganmu (Lagi)! IV


Aku menulis cerita ini beberapa jam setelah kau pergi begitu saja sehabis menerima telfon yang entah dari siapa. Aku lebih suka menulis cerita tentang mu dibanding menulis penelitianku. Ada rasa bahagia rasanya bisa menceritakan sosokmu dalam bentuk narasi yang bahkan kau tak tau siapa aku.

Cerita kali ini bukan tentang masjid, fotocopy atau kampus. Melainkan tempat yang mungkin tak pernah terfikir olehmu dan olehku kalau kita akan bertemu. Tempat itu disebut “kos”. Bukan kosku atau kosmu, melainkan kos orang lain yang tak asing bagi ‘kamu’ yang membayangkan latar cerita ini.

***

Ini adalah kali pertama aku bertemu denganmu saat bulan dan bintang di sandingkan pada satu tempat yang sama. Seperti hal nya kita, untuk kesekian kalinya takdir Tuhan mempertemukan kembali ku denganmu.  Takdir selalu mempunyai caranya tersendiri, dan aku suka cara itu.


“Jangan tanyakan takdir kapan dan dimana
kau akan bertemu.
Karena tanpa sadar, kau sedang berdoa 
agar Tuhan mempertemukan dia untukmu.”
 


Malam itu ada acara di salah satu kos mahasiswa, dan salah satu mahasiswa yang hadir adalah kau. Kau datang lebih awal daripada yang lain. Tanpa kau sadar atau tidak, aku memperhatikanmu. Kau terlihat begitu gagah dengan baju koko mu. Mungkin beberapa wanita lebih suka melihat pria menggunakan koko karena lebih terlihat “adem”. Yaa.. Sama halnya denganku. Aku suka melihatmu, lebih tepatnya melihat kau menggunakan koko dengan celana yang berwarna tak senada dengan bajumu. Namun, rasanya, pakaian muslimmu kurang lengkap karena tak ada peci yang terpasang di kepalamu. Atau mungkin pecinya kau simpan di dalam tas dan belum sempat kau pakai, yang pasti, aku tak mempersoalkan tentang itu.

“Hai” sapaku spontan saat berpapasan denganmu di depan pintu.

Kau terus berjalan menunduk. Aku tak tahu apakah kau mendengar sapaanku, yang aku tahu hanya tiba-tiba keberanianku melonjak untuk menyapamu lebih dulu. Aku berjalan ke arah pintu luar dan kau berjalan ke arah dalam. Hanya berpapasan denganmu beberapa detik mampu membuatku merasa layaknya bermain Histeria Dufan. Mungkin ini kedengarannya terlalu berlebihan, namun begitulah kenyataan.

Setelah beberapa menit sapaan itu berlalu, aku kembali menuju dalam dan kau malah berbalik keluar pintu. Kita selalu berpapasan tanpa pernah berdiam di titik yang sama dalam waktu lama. Setelah itu, kau menghilang bersama telfon genggam yang masih tertempel di telingamu. Dan malam itu, kau tak pernah kembali lagi, lenyap bersama hembusan angin yang tak pernah berkabar untuk pamit.  Kau hanya datang untuk mengawali tanpa tahu cara mengakhiri.

***

Hanya sebatas itu ceritaku malam ini. Tak banyak yang bisa aku ceritakan tentangmu karena pertemuan malam itu begitu singkat.




Bukan soal seberapa lama aku bertemu dengan seseorang, namun seberapa bisa orang tersebut membuat hati dan pikiran ku tak karuan meskipun dalam waktu singkat, yang hanya akan  menyisakan kegelisahan di akhir pertemuan.


; Akhir Februari, 2018

No comments:

Post a Comment