Zidah’s Journey : Tentang
IME 2018
2/3/2018
Aku tak tau
menahu tentang acara itu, yang aku tau temanku hanya mengatakan bahwa di acara
nanti aku dan teman-teman kelasku akan berkontribusi dalam pemeriksaan gratis,
maklum kami terlahir sebagai mahasiswa kesehatan sehingga kalau ada acara yang
dapat melatih keterampilan kami "mengapa tidak untuk ikut terlibat di
dalamnya". :D
Ada rasa
dilema memutuskan untuk ikut terlibat dalam acara tersebut atau tidak sama
sekali. Di satu sisi, ini adalah pengalaman yang sangat langka, di sisi lain
ada tugas negara (=skripsi) yang harus aku selesaikan. Bismillah. Dengan
percaya diri aku mengirim pesan ke temanku bahwa aku mau ikut terlibat dalam
acara tersebut.
Temanku bilang
acaranya dimulai dari pukul 8 dan berakhir pukul 4 sore, menurutku ini tak akan
mengganggu waktuku menyiapkan materi untuk seminar proposal yang akan
berlangsung 2 hari lagi, tooh aku juga sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh
hari.
4/3/2018
Acarapun tiba.
Aku fikir
acara dilaksanakan di pelataran masjid Pondok Indah, tapi ternyata tidak. Hari
ini hanya pra-acara IME yang diselenggarakan di ruang pelatihan Masjid Pondok
Indah. Ruangannya berukuran kecil, tapi cukup nyaman dengan suhu ruangan yang
menyejukkan.
Beberapa orang
sudah berada di kursi masing-masing, dengan sphygmomanometer dan stetoskop yang
sudah siap di atas meja atau bahkan melilit di leher. Pada pra-acara ini kami
(mahasiswa UIN, ibu-ibu dan bapak-bapak yang sama sekali aku tidak tahu latar
belakangnya, entah beliau adalah dosen, mahasiswa, praktisi atau apapun itu,
tapi yang pasti beliau adalah orang-orang hebat yang mau meluangkan waktunya
untuk belajar dan mengasah keterampilan) diajarkan mengenai cara untuk mengukur
tekanan darah dan dipaparkan juga mengenai berbagai macam penyakit yang sering
terjadi di lingkungan masyarakat.
Semua tampak antusias. Hingga akhirnya dzuhur-pun tiba.
Aku pamit
untuk pulang karena aku harus beristirahat agar tidak kelelahan untuk
menyiapkan tenaga dan pikiran menyelesaikan materi proposal skripsi. Aku tak
tau setelah itu apa yang dibicarakan, hingga info dari grup-pun berdatangan.
Ada yang mengatakan bahwa kami harus datang untuk Minggu selanjutnya, ada yang
memberikan rangkuman pertemuan antara panitia dan relawan pada acara tadi, ada
yang memberikan rundown acara. Aku tak mengerti sama sekali apapun tentang itu.
15/3/18
Setelah
beberapa hari berlalu dan tidak ada pertemuan, akhirnya kami dipertemukan
kembali utuk mengikuti rapat persiapan akhir IME. Aku tak tahu ruangan mana
yang akan dijadikan ruangan rapat, hingga akhirnya aku bertemu dengan dua orang
temanku. Kita sama-sama tak tahu menahu soal ruangan mana yang akan dijadikan
tempat rapat.
Kedua temanku
memutuskan untuk sholat dahulu baru mencari ruangan, sementara aku menunggu
mereka di selasar masjid. Saat aku menunggu, ternyata ada seorang pria yang
menurutku "linglung", entah mencari teman atau apapun yang pasti dia
sedang kebingungan. Aku fikir dia sama sepertiku, sama-sama sebagai relawan
IME, tapi aku tak mau bertanya kepadanya toh aku juga tak mengenalnya.
Beberapa menit
menunggu.
Temanku yang
lebih dahulu datang menjemputku untuk memberi tahu ruangan rapat. Ruangan kali
ini bukan di ruang pelatihan yang kemarin, melainkan di ruang panitia yang
berada tidak jauh dari aula acara besok.
Dari sekian
banyak panitia, hanya teman-teman UIN dan satu yang aku kenal, yakni dosenku.
Selebihnya sosok-sosok hebat yang belum aku kenal, namun sesuai berjalannya
waktu aku pasti mengenalnya, walaupun nantinya beliau-beliau belum tentu
mengenalku.
Tak lama aku
masuk ke ruang rapat, ternyata pria tadi juga masuk setelahku. Moral value yang
dapat diambil adalah "Jangan malu untuk bertanya dan membantu orang
lain bila kamu rasa perlu dan orang tersebut membutuhkan bantuanmu".
Rapat-pun
berjalan dengan Komando penuh oleh ketua pelaksana. Dari awal aku yakin bahwa
nahkoda kami adalah sosok yang bijak dan tangguh. Serta para panitia yang
notabennya lebih tua dariku yang sejak awal membuatku nyaman dan tidak terlalu canggung untuk
bertanya apabila ada hal yang membingungkan.
Waktu pun
semakin larut. Beberapa PR (panitia & relawan) ada yang masih sibuk
menyiapkan berkas untuk goodybag, ada yang izin sholat, bahkan ada yang sudah
izin pulang, dan masih ada ada-ada yang lain.
Kami mahasiswa
UIN pamit pulang lebih dulu karena kata salah satu Ibu panitia tidak ada tugas
yang harus kami selesaikan malam ini. Dan besok pagi secara teori, kami
diinstruksikan untuk datang lebih pagi karena ada beberapa goodybag yang harus
disiapkan untuk para peserta. Kamipun pulang.
16/3/18
Hari pertama
IME.
Seperti biasa,
aku jadi orang yang paling terlambat datang karena ada pekerjaan di rumah yang
harus aku selesaikan.
Tenda, stand
bazaar, fotobooth, kursi, panggung, dan segala pernak-pernik IME sudah terpasang sesuai dengan tempatnya.
Peserta juga sudah berdatangan menempati kursi paling depan agar mereka lebih
fokus. Sementara beberapa PR sibuk sebagai penerima tamu, menyiapkan
perlengkapan dan lainnya.
Aku dan
mahasiswa UIN di tugaskan sebagai "among tamu", siapapun yang datang maka kami harus mengantarnya
sampai duduk di kursi yang telah tersedia.
Acara
International Medicine Expo 2018 telah dibuka malam ini dengan menghadirkan
sosok yang tak asing lagi, yakni Ust.Arifin Ilham. Setelah itu dilanjutkan
dengan malam penganugerahan.
Bangga rasanya
bisa menjadi bagian dari acara besar ini. Dapat menyaksikan ratusan peserta
dari berbagai provinsi bahkan ada pula dari negara-negara tetangga. Biasanya di
kampus hanya menyelenggarakan skala Nasional, tetapi sama-sama luar biasanya
kok :).
"Ini adalah kali pertama kami berlayar di
lautan lepas nan luas. Kami baru saja berlayar bersama sosok-sosok tangguh,
kuat nan hebat. Kami bahagia dapat menjadi bagian dari pelayaran ini. Tak ada
kata melelahkan untuk sebuah perjalanan yang memberikan banyak
pengalaman."
17/3/18
Hari ini
adalah hari kedua IME.
Acaranya full
seminar, dan malamnya dilanjutkan dengan gala dinner. Semua berjalan dengan
lancar. Walaupun terkadang “riweh”. Tapi hal itu pasti dialami oleh setiap
acara dimanapun itu. Yang pasti aku senang dapat melewati hari ini yang
memberikan banyak pelajaran yang tidak hanya didapatkan di kampus.
18/3/18
Hari terakhir
IME.
Beragendakan
workshop yang terdiri dari pemateri yang luar biasa. Sesekali aku mencuri waktu
untuk duduk di kursi paling belakang atau bahkan berdiri untuk ikut
mendengarkan materi yang menurutku sangat bagus karena setiap katanya
dijelaskan secara detail dan mudah dipahami.
Siang-pun
berlalu.
Tibalah pada
akhir dari acara. Beberapa peserta keluar dari aula dan menyerbu meja pembagian
sertifikat. Panitia dan relawan sibuk membagikan sertifikat, namun ada juga
panitia yang sibuk mencetak sertifikat (di balik layar). Alhamdulillah semua
berjalan lancar.
Pertemuan PR
diakhiri dengan foto bersama. Entah kapan kami akan bertemu lagi :').
"... Ada saat dimana
melepaskan dan merelakan adalah cara terbaik untuk mengakhirkan sebuah
pertemuan. Dan karenanya, perpisahan hanya menyisakan kerinduan ..."
Biarlah rindu sejenak singgah karena perspisahan ini, karena
nanti pada saatnya bertemu, ada rasa yang lebih bahagia daripada sekadar rasa
rindu.
Terimakasih IME 2018.




No comments:
Post a Comment