Wednesday, July 27, 2016

ZIDAH's Journey: Merbabu Yuhhuu..

ZIDAH's Journey : Merbabu Yuhuu..

26 Juli 2016, kami memulai perjalanan kami menuju Yogyakarta. 



  Awalnya sedikit ragu ketika mengambil keputusan akan "manjat" gunung Merbabu di Magelang atau tidak. Tapi ya udah, berusaha untuk ngeyakinin diri sendiri ajah mumpung bulan ini lagi libur semester ;) . 

Jadi kami berangkat dari Jakarta menuju Jogja menggunakan Kereta Api. Entah perjalanan ini bisa dibilang jalan-jalan keluarga atau apalah yang pasti Zidah jalan-jalan bersama dengan kakak dan adik tercinta yakni Ka Paah dan Taqi, dan bersama teman-teman mereka yakni Ade, Aji, KaWali, dan Ka Faqih. Kita berangkat dari rumah menuju stasiun itu mepet banget, nyaris ketinggalan kereta cooy, tapi Alhamdulillah namanya rejeki anak sholehah mah gak kemana, kita masih di tungguin sama keretanya di stasiun tuh haha..



Oia, ini perjalanan   kedua Zidah menggunakan kereta api jarak jauh setelah bertahun-tahun lamanya gak naik kereta, sumpah norak abis, dan baru kali ini juga sholat pakai mukena sambil duduk dibangku kereta demi menghormati waktu sholat ^_^.

Oke, kita lanjut ke cerita perjalanannya. Jarak dari stasiun Senen ke Lempunyangan itu sekitar 8,5 jam dari jam 11.30-20.00. Setelah sampai di stasiun Lempuyangan kita disambut oleh kaka Mapalaska yaitu bang Penjol, setelah sedikit kongko-kongko di warung depan stasiun, kita langsung diantar ke base-camp Mapalaska UIN Jogja untuk sejenak beristirahat dan berkenalan dengan kaka-kaka Mapalaska yang nantinya akan naik gunung bersama kita. Sehabis istirahat di base-camp Mapalaska, kita lanjut pergi ke Magelang. Jadi kita nge-camp untuk tidur malam dulu sebelum paginya naik gunung.



27 Juli 2016,
 Setelah menyiapkan cukup tenaga setelah tidur dingin-dinginan beralaskan karpet yang malah membuat dingin, kita melanjutkan "perjalanan yang sesungguhnya". Kita memulai untuk naik gunung pukul 08.00. Daaaannnn... belum 30 menit perjalanan rupanya Zidah sudah kalah dengan keadaan alam, tiba-tiba langsung berasa kaya orang mau pingsan, udah gak ngerti lagi deh itu berasa apa. Sejenak istiraha dulu sambil tidur untuk mulihin kondisi, nyaris gak mau nerusin naik gunung karena udah berasa lemes banget. Tapi karena semua orang ngeyakinin pasti bisa jadinya ya udah di lanjut, dan karena tasnya juga dibawain sama Ka Muder (Muka Dermawan) jadi cuuuss ajalah. Selain Ka Muder, ada juga kaka Mapalaska UIN Jogja yang lain yaitu Ka Togo, Ka Ling-Ling, Ka Naya, Ka Farid, dan Ka Pletot. Kaka-kaka Mapalaska yang super strong-lah pokoknya.








Setelah menerjang dan menghantam kejamnya hutan (lebay), akhirnya kami sampai di Pos2. Pos2 merupakan tempat terakhir yang ada sumber airnya. Jadi puas-puasin deh di situ untuk ambil air. Setelah istirahat beberapa jam untuk sekedar tiduran, foto, masak, dan sholat, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos3. Kami sampai di sana sebelum Maghrib dan langsung memasang 3 buah tenda. Setelah memasang tenda dengan kuatnya, kita langsung masak, dan ternyataaaa... air yang kita ambil dari Pos2 itu kurang. Alhasil, kita (Zidah, Ka Paah, Taqi, Ade, Aji, KaWali, dan Ka Faqih) gak masak nasi karena untuk mengirit air. Kita makan ala-kadarnya namanya juga sok-soan jadi anak gunug (anak gunung aja gak sok kaya kita haha). Kita masak mie goreng dan nugget yang ditaruh di satu tempat dan makan sama-sama. Enak gak enak namanya lagi di gunung mah enak ajah ^_^.

Setelah itu lanjut sholat dengan menggunakan air wudhu secangkir kecil, baru deh lanjut   tidur. Tenyata malam itu ada badai, tapi karena ngantuk jadi ya sudahlah eneng tak berdaya bang. Dan pas pagi bangun untuk sholat subuh ketika melihat keluar tenda entah barang-barang itu pada berpindah tempat asalnya karena kuatnya angin semalam. 

28 Juli 2016,
Bangguunn.... Semua sudah bangun dan dilanjutkan dengan foto-foto narsis membelakangi matahari untuk sekedar menikmati sejuknya alam Tuhan. Dilanjut masak-masak, makan bareng, beres-beres, langsung deh cuusss ke "Puncak Syarif". Giiillsss-gillllssss jalanannya gak nahan cooyy batu-batu, tapi serulah walaupun tetep masih gak kuat dengan menyeimbangkan nafas dan masih tetep harus banyak istirahat walaupun baru jalan sebentar (maafkan anak kecil yang baru dan masih manja ini v^_^)  tapi Alhamdulillah kita bisa sampai di Puncak Syarif. Di sana cuma sekitar 10 menit setelah itu dilanjutkan lagi ke Puncak Kenteng Songo (puncak yang di tunggu-tunggu).






Kita ke puncah Kenteng Songo  penuh rintangan menghadang coooyy (lebay gila), di situ ada yang namanya tanjakan setan dan sepertinya itu memang bener-bener setan banget deh soalnya ketinggiannya agak curam. Tapi kalau anak gunung yang sejati mungkin nganggep itu biasa aja kali ya. Ya sudahlah saya cuma anak gunung amatiran jadi baru manjat yang kaya gitu doang udah bilang "wooowww giiillss-giillsss". Engga lama manjat dari situ kita langsung menemukan "PUNCAAAAKKKK" Subhanallah banget deh.




 3142 mdpl, akhirnya kami bisa menggapaimu. Sebenernya pemandangan di sana itu bagus kalau tidak ada kabut. Tapi sayang, kabutnya demen banget berada di situ, jadi susah dapet foto pemandangan alam yang sesungguhnyan -_-".  Tapi gak apa, sekedar bisa melihat menggunakan mata tanpa harus diabadikan dengan mata ponsel pun kita sudah bahagia. Di puncak Kenteng Songo kita menghabiskan beberapa jam untuk benar-benar menikmati pemandangan alam dan membuat tulisan dan yang pasti sholat juga. Di puncak Kenteng Songog itu pertama kalinya Zidah mempraktikan tayamum yang dipelajari di SD (Alhamdulillah bisa praktek  ibadah tayamum, biasanya cuma pas ujian praktek doang haha)



Dua puncak sudah didaki, lanjut turun gunung. Pas turun gunung agak mengerikan karena itu kondisinya sudah gelap sedangkan kondisi kita masih berada di dalam hutan. Tapi berkat takdir Allah, akhirnya kami  sampai  di base-camp setelah Isya. Bersih-bersih, ngelurusin badan, ngelurusin kaki itu yang kami lakukan sembari menunggu jemputan untuk menjemput kita kembali dari Boyolali ke Jogja.


Kami di jemput menggunakan mobil bak terbuka di base-camp Selo (Boyolali) pukul 23.30. Di sana kabut sangat tebal sampai-sampai melihat orang pun dengan jarak 1 meter di dekat kita tak terlihat. It's amazing. Keadaan kita naik mobil bak terbuka pada waktu itu lagi hujan jadi kepala dan seluruh tubuh kita semuanya di tutup oleh atap plesit. Pernah liat sayur yang mau di jual ke pasar pake mobil bak dan ditutup atasnya kan? Naahh.. seperti itulah kondisi kita. Tapi keadaan kita yang seperti sayur diungkep dalam mobil gak lama ko. Sampai hujuannya reda kita lansung buka penuutpnya untuk memulihkan nafas kita menghirup udara segar Boyolali


Eeiittss.. pengorbanan kita untuk pulang gak sampe itu aja. Ternyata di jalanan pulang kita masih menemukan kendala. Jalanan yang akan kita lewati ternyata di tutup karena lagi di cor, jadi kita harus nunggu sampai jalan itu dibuka, yaaa nunggu beberapa menit gak maslaaha yang terpenting diantara waktu nunggu iut masih bisa tidur, meskipun harus tidur di jalanan yang baru diperbaiki.

Setelah menunggu beberapa menit sambil tidur dan akhirnya bermimpi, kita  melanjutkan perjalanan. Di mobil semua udah pada tepar kelelahan. Tapi walaupun yang lain pada tidur, Zidah berusaha untuk menjaga mata ini agar tidak terlelap (sayangkan udah ada di Boyolali tapi kalau cuma tidur dan gak ngerasain pemandangannya). Selama perjalanan pulang menggunakan mobil bak terbuka, Zidah dan Ka Wali berdiri, dingiiinn.. tapi karena mobilnya udah padet dan gak ada tempat duduk jadi ya sudahlah kita berdiri sampai perjalanan pulang. Alhamdulilllah akhirnya kami sampai base-camp Mapalaska UIN Jogja dan langsung memilih posisi terbaik untuk hibernasi


29 Juli 2016,
Hari berganti, dan kamipun masih berhibenasi. Indah memang setelah lelah melangkah dan akhirnya rebahan. Hari ini hari Jum'at, setelah yang pria selesai sholat Jum'at, kaka-kaka Mapalaska yang wanita ternyata telah mentiapkan soto mie yang kita akan santap bersama. dan kamu tau apa? Kita dibuatin sambel yang maknyus beeuudd dah ahh, pedes gilaa.. Asik-asik.




Selesai makan kita ngobrol-ngobrol di saung Mapalaska. Setelah itu baru pamit untuk merantau ke tempat penginapan yang lain. Hari menuju senja dan kami masih berada di mobil sewaan. Sejenak turun dari mobil dan berpindah tempat ke penginapan untuk sholat maghrib dan dilanjutkan ke mobil kembali untuk kita pergi ke Bukit Bintang. Kita di Bukit Bintang itu sebenernya cuma sebentar. Tapi karena ada suatu hal yang bikin kita gak bisa pulang. Kita harus menyelesaikan "teka-teki uang 10.000" jadi kita berusaha untuk nyelesain teka-teki itu. Dan teka-teki pun terselesaikan lanjut pulang ke penginapan.

Berdasarkan teori yang telah kita sepakati. Kita akan bersiap-siap untuk jalan-jalan kembali pukul 02.30 pagi. Tapi karena terlena oleh indahnya kasur, kita terlambat bangun. Alhasil kita melanjutkan perjalanan kita pukul 09.00Kamu tau? Tadinya kita itu mau jalan-jalan ke suatu objek wisata terbaik di Jogja. Tapi ternyata "tak seindah mata memandang", apa yang kita lihat di internet dengan apa yang kita lihat secara langsung itu berbeda. Jadi kita gak jadi ke tempat itu dan cuma muter-muter Jogja selama 3 jam menggunakan mobil yang full AC, full music, full lantunan suara Ka Faqih. 



Akhirnya muter-muter Jogja selama 3 jam berakhir karena kita harus mencari asupan nutrisi. Jauh-jauh ke Jogja, kita makan ayam goreng, udang goreng, dan kawan-kawannya haha tapi gak apalah yang penting kenyang, enak, murah. Selepas makan, seperti perjalanan awal, kita terburu-buru untuk pergi ke stasiun, nyaris telat juga. Tapi ternyata engga ko, hehe.. Perjalanan kita dari Stasiun Lempuyangan ke Stasiun Senen dari pukul 14.30-01.00.

Dan perjalan kita pun berakhir. See you next trip genggss.. Jogja Istimewa ^_^.