Belajar Makna Kehidupan dari Pasien
oleh: Mahasiswi Praktikan
Beberapa hari lalu, saya berdinas di salah satu ruang rawat inap yang terkenal dengan bagian othopedi-nya. Kebanyakan pasien di sana mengalami fraktur (terputusnya kontinuitas tulang) akibat mengalami kecelakaan lalu lintas, baik dikarenakan kelalaiannya maupun kelalaian orang lain yang semena-mena menggunakan jalan.
Saat dinas di ruang tersebut, saya diwajibkan mengambil satu pasien untuk dijadikan pasien kelolaan (pasien kelolaan merupakan pasien yang dipantau secara mendetail dan kontinyu setiap hari terkait intervensi yang diberikan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan).
Pasien kelolaan saya adalah Tn.T. Beliau mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan terjadinya fraktur metatarsal dan degloving injury. Beliau sudah melalui beberapa kali tindakan di ruang operasi dan tindakan terakhir yang dilakukan adalah debridement and disarticulation toes (symes amputasi).
Saat hari pertama berdinas, saya memperkenalkan diri kepada beliau dan beliau membalas dengan sikap yang sangat hangat dan terbuka. Beliau bercerita bahwa kecelakaan terjadi setelah beliau menjenguk anaknya di pondok pesantren (selama di RS, anak beliau yang di pondok tidak pernah diberitahu mengenai kejadian yang ayahnya alami). Banyak sekali hal yang beliau ceritakan. Saya siap menjadi pendengar setia mendengarkan perjalan hidup yang selalu ada hikmah di setiap apa yang diceritakan.
Beliau tak seperti pasien pada umumnya yang masih dalam tahap denial, yakni tahap dimana seseorang mengingkari kenyataan atau bahkan tahap depression. Ada beberapa tahapan berduka menurut Kubler-Ross yakni denial- anger- bergaining- depresi- acceptance. Menurut saya, Tn.T sudah berada pada tahapan acceptance/ menerima (mulai menerima kehilangan).
"Allah mau saya lebih lama di rumah, mungkin kemarin-kemarin saya terlalu giat bekerja. Jadi sekarang disuruh istirahat dulu." beliau berkata dengan pikiran positif terhadap Tuhan.
Tn.T adalah salah satu pasien yang dalam keterbatasannya di tempat tidur masih mau melakukan sholat 5 waktu, sholat sunnah pun beliau kerjakan. Soal spiritual, sudah tak diragukan.
Saat saya berdinas malam, saya berkeliling mengecek cairan infus, semua sudah terpejam walaupun ada satu dua orang yang terbangun karena mendengar langkah kaki saya. Dari setiap kamar yang saya datangi, hanya beliau yang masih membuka mata dan sedang melakukan sholat tahajud. Belum pernah sebelumnya menemukan pasien yang tetap berusaha menunaikan kewajiban dan sunnah ibadah dalam keadaan sakit yang teramat nyeri. Beliau bilang, luka operasinya nyeri skala 7/10 sehingga tidak bisa tidur, "daripada cuma meringkih kesakitan, lebih baik saya sholat malam saja" kata Tn.T.
Ya.. Saya belajar banyak dari beliau tentang makna mengikhlaskan kepada apa yang Tuhan titipkan. Dan juga belajar bahwa sesakit apapun, kewajiban menjalankan sholat 5 waktu adalah yang utama.
***
Hari ke lima dinas.
Saya berdiri di depan kamar pasien, menunggu penguji yang sebentar lagi akan menguji saya. Di sela-sela menunggu, saya memejamkan mata sambil mengingat-ngingat tindakan yang akan saya lakukan untuk ujian setelah ini.
Saat saya membuka mata, istri Tn.T, yakni Ny.D berdiri di depan saya sambil berkata "Ngapain, Neng?".
"Zidah lagi mau ujian, ini lagi nunggu penguji. Doa'in ya biar lancar." kataku.
"Iya, biar lancar. Biar jadi suster. Semoga mudah ujiannya. Nilainya bagus." beliau merangkul saya dan mendekatkan wajahnya.
"Aamiin.. Oia, besok saya terakhir dinas di ruangan ini. Senin besok harus pindah ke ruangan lain."
"Biar betah ya, Neng. Yang penting harus ikhlas nolong orang. Dan yang lebih penting lagi harus nurut dan berbakti sama orang tua" rangkulan beliau semakin kuat.
"Iya, ridhollah fi ridhol walidain" kataku sambil membalas rangkulan tersebut.
Seketika beliau langsung memeluk dan menangis.
"Loh kok jadi nangis. Kan perpisahannya besok" kata saya meledek.
"Eneng udah kaya anak ibu. Jadi inget anak ibu di rumah, badannya kaya eneng juga." kata Ny.D sambil menyeka mata.
Saya hanya membalas senyum dan pamit karena ujian saya akan dimulai.
***
Saya belajar banyak dari Tn.T dan Ny.D bahwa segala yang dititipkan Tuhan harus diikhlaskan ketika telah habis waktu peminjaman. Harus belajar juga tentang kesabaran yang tak berbatas. Harus belajar juga bahwa memberi support kepada orang yang kita cintai adalah hal yang sangat dibutuhkan bagi orang yang sakit, dan jangan pernah mengeluh lelah di depan orang yang sakit karena dia akan merasa tak berguna dan hanya bisa menyusahkan orang lain. Dan yang tak kalah pentingnya adalah lakukan ibadah kapanpun dan dalam kondisi apapun.
Terimakasih untuk pelajaran hidup yang diberikan. Semoga Tn.T segera sehat dan dapat beraktivitas secara mandiri.
Awal Desember, 2018







